DASAR-DASAR MESIN INJEKSI
1.
Jenis-jenis mesin injeksi
Electronic Petrol Injection
(EPI) atau juga disebut Eletronic Fuel Injection (EFI) adalah teknologi
pengontrolan penginjeksian bahan bakar yang berkembang saat ini pada mesin
bensin menggantikan karburator. Umumnya system EPI/EFI terbagi atas 2 jenis :
. 1.
Berdasarkan jumlah injectornya.
A. Single Point
Injection.(SPI)
Single Point Injection (SPI) atau biasa disebut
Throttle Body Injection (TBI) atau Central Fuel Injection System: yaitu
hanya menggunakan satu Fuel Injector
untuk beberapa Cylinder. Injektornya dipasang sebelum saluran isap yaitu di
atas katup throttle. Prinsip kerjanya satu injektor memasok bensin untuk
keperluan beberapa silinder sekaligus. Konstruksi dari Single point injection
dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Konstruksi
single point injector
B.Multi Point Fuel Injection (MPI).
Multi Point Fuel Injection (MPI) disebut juga port fuel injection (PFI), menempatkan injektor di atas lubang
isap (intake port). Setiap silinder
memiliki satu injektor. Jadi, bila mesin terdiri dari 4 silinder berarti ada 4
injektor yang menyuplai bensin. Konstruksi multi point fuel injection dapat
dilihat pada gambar 4 dibawah ini .
Gambar 4. Konstruksi multi point fuel injection
Teknologi injeksi MPI memiliki kelebihan
dibandingkan dengan SPI antara lain :
1). Distribusi campuran
udara-bahan bakarnya lebih seragam untuk masing-masing silinder.
2). Respons
terhadap perubahan posisi throttle pun lebih cepat.
3). Lebih akurat dalam mengatur jumlah bahan bakar
yang diinjeksikan sesuai dengan kondisi operasi.
Dengan demikian performansi mesin menjadi lebih baik, emisi berkurang,
dan pemakaian bahan bakar lebih irit. Sebaliknya SPI sistemnya lebih sederhana, cenderung tidak merata karena
distribusi campuran udara-bahan bakar sangat dipengaruhi oleh desain saluran
isap.
C.Gasoline
Direct injection (GDI)
yaitu Injector berada di dalam
ruang bakar, sehingga bensin disemprotkan langsung ke ruang bakar tanpa harus
melalui Intake Valve. Teknologi ini masih mahal, karena material Fuel Injector
Nozzle harus tahan pada suhu tinggi di ruang bakar.
Untuk lebih memperjelas posisi dari ketiga jenis
posisi penempatan injektor ,dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini
Gambar 5 . Fuel Injection System
2.Berdasarkan penempatan injectornya.
A.Indirect
Injection.
Yaitu system penyemprotan bahan
bakar ke intake manifold seperti yang digunakan pada system penginjeksian mesin
bensin, bensin disemprotkan tidak langsung ke dalam ruang bakar.(lihat gambar 6)
Gambar 6. Indirect Injection
B. Direct Injection.
Yaitu
system penyemprotan bahan bakar langsung
ke dalam ruang bakar. Injectornya berada di dalam ruang
bakar, sehingga bensin disemprotkan langsung ke ruang bakar tanpa harus melalui
Intake Valve. Teknologi ini masih mahal, karena material Fuel Injector Nozzle
harus tahan pada suhu tinggi di ruang bakar. Konstruksi direct injection dapat
dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Direct Injection
2.
Konstruksi Dasar
Secara
umum konstruksi dasar EPI/EFI terbagi dalam 3 system, yaitu :
1.
Sistem control udara masuk (Air Induction System)
2.
Sistem distribusi bahan bakar (Fuel Delivery System)
3. Sistem control Eletronic (Eletronic Control
System).
Jika
dilihat dari ketiga system control tersebut diatas berdasarkan hubungan yang
satu dengan lainnya (lihat gambar 8)
merupakan rangkaian system yang saling terkait, yang masing-masing system
memiliki fungsi sendiri-sendiri. Untuk
lebih memperjelas setiap system dengan komponen masing-masing, akan dijelaskan
lebih lanjut.
Gambar 8.
Konstruksi Dasar EFI/EPI
1. Sistem control udara
masuk (Air Induction System)
Berdasarkan
system kontrol udara masuk mesin EPI atau EFI
dapat digolongkan menjadi 2 type, yaitu :
a..Sistem
D-EFI atau D-Jetronic (dari bahasa
Jerman “DRUCK” yang berarti tekanan, yaitu system yang mengatur banyaknya udara
masuk ke intake manifold diukur berdasarkan besarnya kevakuman. Komputer mendapatkan
input jumlah udara yang masuk ke intake air chamber dari sensor yang
dipasangkan di intake manifold atau mendapatkan sumber identifikasi dari
kevakuman intake manifold. Input inilah yang dijadikan dasar penginjeksian
selain input dari putaran mesin. Pada mesin yang menggunakan sensor udara masuk
dengan berdasarkan kevakuman, maka perubahan kevakuman pada inteke yang akan
mengubah tegangan yang dikirim oleh sensor ke Elektronik Control Modul (ECM). ECM
kemudian mengirim tegangan sebesar 5 volt sebagai input sensor.
Prinsip
dasar D-Jetronik dapat dilihat pada
gambar 9 dibawah ini.
Gambar 9. Prinsip Dasar D-Jetronic.
Dengan
input sensor sebesar 5 volt inilah, maka tegangan yang dikeluarkan (output
sensor) akibat perubahan kevakuman bervariasi antara 0 – 5 volt.
b. Sistem L-EFI atau L-Jetronic
(dari bahasa Jerman “LUFT” yang berarti udara, yaitu system yang mengatur
banyaknya udara masuk ke intake manifold diukur berdasarkan besarnya kecepatan
aliran udara. Komputer mendapatkan input jumlah udara yang masuk ke intake air
chamber dari sensor yang dipasangkan di intake manifold atau mendapatkan sumber
identifikasi dari kecepatan aliaran udara pada intake manifold. Input inilah yang dijadikan dasar penginjeksian
selain input dari putaran mesin.
Gambar 10.memperlihatkan prinsip dasar L-Jetronic.
Gambar 10. Prinsip dasar L-Jetronic.
Pada mesin yang menggunakan sensor
udara masuk berdasarkan kecepatan aliran udara, maka kecepatan udara akan
menggesek heat resistor yang akan merubah nilai tahanan. Perubahan nilai tahanan resistor inilah yang akan
mengakibatkan perubahan tegangan yang dikeluarkan (output sensor). Dengan input
sensor sebesar 12 volt dan tegangan yang keluar bervariasi antara 0 – 5 volt,
yang dijadikan ECM sebagai dasar penghitungan jumlah udara yang masuk.
2. Sistem distribusi bahan
bakar (Fuel Delivery System).
Bahan bakar (bensin) ditekan oleh sebuah
pompa bensin eletrik yang dikontrol kerjanya oleh ECM, melalui saringan bahan bakar (fuel filter) dialirkan
ke injector yang bekerjanya dikontrol oleh ECM. Bahan bakar disemprotkan saat
katup pada injector terbuka secara terputus-putus. Karena tekanan pada pipa
pembagi sudah dibuat tetap oleh adanya fuel pressure regulator, maka
banyaknya bensin yang dismprotkan tergantung dari lamanya injector terbuka.
Sistem distribusi bahan bakar (fuel Delivery System dapat dilihat pada
gambar 11 dibawah ini.
Lamanya waktu penginjeksian bahan bakar
secara umum terbagi atas 3 system :
1. Sebentar-sebentar (intermitten)
2
Yang diatur oleh waktu (Timed).
3. Berlanjut
(Continuous).
Gambar 11. Sistem distribusi bahan bakar (Fuel
Delivery System).
1.
Pada intermitten system, terbuka dan tertutupnya injector tidak melihat kondisi
kerja intake valve. Pada system penginjeksian ini mungkin saja penyemprotan
bahan bakar ke mesin ketika intake valve terbuka atau tertutup. Intermitten
injection system biasa disebut juga modulation injection system.
2.
Pada timed injection system, bahan bakar benar-benar menyemprot ke dalam mesin
sebelum atau saat intake valve terbuka. Penyemprotan bensin pada system ini
selalu melihat kondisi kerja intake valve.
3.
Pada continuos system, bahan bakar disemprotkan ke dalam mesin setiap waktu
(terus menerus) selama mesin berputar. Pengontrolan perbandingan campuran udara-bahan
bakar dengan cara menambah atau mengurangi tekanan pada injektor. Dengan cara
ini akan menambah atau mengurangi bahan bakar yang keluar dari injector.
3.
Sistem control
Dalam perkembangannya system control penginjeksian meliputi :
1. Sistem control mekanik
2. Sistem kontrol hidrolik-mekanik
3. Sistem control elektronik.
1. Sistem control mekanik.
Pengontrolan penginjeksian mekanik
tidak membutuhkan ECM untuk mengontrol pembukaan injector.(lihat gambar 12)
Gambar 12. system control mekanik.
Prinsip
kerja :
Sensor plat akan mendeteksi jumlah
udara masuk, jika udara masuk sedikit, maka gerakan dari sensor juga kecil, dan
jika jumlah udara masuk bertambah maka gerakan sensor akan bergerak semakin
jauh sehingga membesar. Gerakan sensor plat ini dihubungkan dengan sebuah
plunyer yang akan menentukan besar kecilnya saluran bahan bakar ke injector.
2.
Sistem kontrol hidrolik-mekanik.
Sistem
penginjeksian dengan control hidrolik-mekanik menggunakan unit pengontrolan
campuran (sensor udara masuk dan unit distributor bensin) untuk mengoprasikan
injector. Sensor aliran udara masuk untuk system injeksi tipe ini tidak
menggunakan control elektronik. (lihat gambar 13)
Prinsip kerja :
Gerakan
plat sensor udara masuk ini dihubungkan dengan plunyer yang diletakan ditengah
distributor bensin. Ketika jumlah udara masuk bertambah maka plat sensor akan
terdorong naik, gerakan ini juga akan mendorong plunyer. Gerakan plunyer ini
akan menentukan banyak sedikitnya bahan bakar yang akan dialirkan ke injector.
Gambar 13. Sistem
kontrol hidrolik-mekanik
3.
Sistem kontrol elektronik.
Pada
system control elektronik menggunakan sebuah engine control modul (ECM) yang
berfungsi sebagai pusat pengontrolan system, mendapat input dari 2 sensor utama
yaitu sensor jumlah udara masuk dan sensor putaran mesin yang akan digunakan
untuk menentukan basic injection volume. Selain dua sensor tersebut diatas
terdapat sensor-sensor lain yang berfungsi sebagai input ECM untuk mengoreksi
jumlah bahan bakar yang disemprotkan injector. (lihat gambar 14)
Gambar 14. Sistem control
elektronik.
4.
Sistem koreksi
Dasar penginjeksian bahan bakar pada mesin EPI/EFI tergantung pada dua
sensor utama yaitu sensor udara masuk dan sensor putaran mesin. Untuk
menyempurnakan besarnya waktu penginjeksian, maka diperlukan sensor lain
sebagai sensor pendukung untuk mengoreksi penyempurnaan perbandingan campuran
udara dan bahan bakar (air fuel ratio) sesuai dengan kondisi kerja mesin. Banyaknya
bahan bakar (bensin) yang disemprotkan harus sebanding dengan jumlah udara yang
masuk kedalam silinder (AFR). Semakin banyak udara yang masuk ke dalam
silinder, maka bensin harus semakin banyak yang disemprotkan. Demikian
sebalikya, semakin sedikit udara yang masuk, maka volume bensin yang disemprotkan
juga semakin sedikit.(lihat gambar 15)
Gambar 15. Sistem
koreksi
Misalnya saat mesin dihidupkan dalam
kondisi masih dingin, ECM membutuhkan input dari sensor ECT (engine cooling temperature) untuk
memperkaya campuran supaya mesin mudah dihidupkan.
KOMPONEN UTAMA MESIN INJEKSI
1. Intake Air temperature.
Sensor temperature udara
masuk (Intake air temperature) IAT merupakan sensor koreksi yang biasanya
terpasang pada air cleaner atau hose antara air cleaner dengan throttle body. Sensor
ini berupa thermistor dengan bahan semikonduktor yang mempunyai sifat semakin
panas temperature maka nilai tahanannya semakin kecil.
Sensor IAT memiliki 2 kabel yang
keduanya dari ECM. ECM akan mensuplay tegangan sebesar 5 volt dan memberi
ground untuk sensor. Karena nilai tahanan pada sensor bervariasi akibat
perubahan temperature maka tegangan yang mengalir dari ECM juga bervariasi.
Variasi tegangan inilah yang dijadikan dasar bagi ECM untuk menentukan
temperature udara masuk yang tepat sebagai input bagi ECM untuk menentukan
koreksi jumlah bahan bakar yang disemprotkan oleh injector. Posisi pemasangan
IAT pada saringan udara dapat dilihat pada gambar 16.
Pada kendaraan Suzuki yang
menggunakan IAT sensor adalah Baleno 1.6, Baleno 1.5, Escudo 2.0,Aerio,Baleno
Next G ,EverY, XL7, New Escudo 1.6.
Gambar 16.
Posisi IAT pada Air Cleaner
Variasi nilai resistensi
tegangan dan variasi kenaiak temperature yang terjadi pada intake air
pemperatur terlihat pada grafik gambar 17 dibawah ini.
Gambar 17.
Grafik hubungan antara nilai resistensi dan temperature
2. Throttle Body
Fungsi throttle body
adalah sebagai saluran utama yang dilalui oleh udara sebelum masuk ke intake
manifold.(gambar 18)
Gambar 18. Throttle Body
Didalam throttle body terdapat :
1.1. Throttle valve. yang berfungsi untuk membuka
dan menutup saluran utama yang dilalui
udara pada throttle body. Digerakan oleh acceleration pedal (pedal gas).
1.2. Throttle Position Sensor (TPS). Adalah sensor pada
sistem EFI yang berfungsi mendeteksi bukaan throttle valve
dengan menggunakan potensiometer.
Throttle Position Sensor
(TPS) terletak menempel pada throttle body (Gambar 19) dan wujudnya adalah
Potensiometer (variable resistor) yang dihubungkan dengan poros throttle valve, untuk mendeteksi
posisi bukaan throttle
valve secara akurat,
dengan outputnya adalah tegangan 0 – 5 volt yang dikirim ke ECU.
Throttle position sensor
adalah sebuah potensiometer yang secara konstan mengirim berbagai sinyal
bertegangan ke ECU. Potensiometer adalah semacam resistor yang mengubah gerakan
mekanik menjadi sebuah voltage. Pada Throttle Position Sensor, voltage ini
berhubungan langsung dengan throttle valve position.
Gambar 19. Letak Throttle Position Sensor pada Throttle Body.
Gambar 20
menunjukan posisi TPS terhadap ECU atau ECM .Informasi yang diterima ECU
diterjemahkan sebagai Acceleration Mode atau Deceleration Mode.
Gambar 20. Skema Throttle Position Sensor terhadap ECU
Besarnya tegangan output yang dibangkitkan oleh
TPS terhadap bukaan throttle valve dapat dilihat pada gambar 21 dibawah ini
Gambar 21. Output Tegangan TPS
terhadap bukaan Throttle Valve
Throttle
Position Sensor terbagi pula atas 2 type yaitu :
- Throttle Position Sensor Rotary
- Throttle Position Sensor Linear
Kedua tipe ini mempunyai
sebuah koil yang kabelnya mempunyai perlawanan terhadap material lain. Kabel
paling akhir dihubungkan ke massa.
Kabel yang lain dihubungkan ke reference voltage 5 volt (V REF) dari ECM.
Sebuah slide atau wiper blade dihubungkan ke poros throttle valve dan bergerak
sepanjang koil selama perubahan throttle position. (lihat gambar 22)
Gambar 22. Dua type
Throttle Position Sensor, Rotary dan Linear
Throttle Position Sensor (TPS)
dihubungkan dengan Throttle Valve Shaft pada Throttle Body untuk mendeteksi
pembukaan Throttle Valve.
Pembukaan Throttle Valve tersebut
dideteksi dengan potensiometer sebagai berikut :
a. Tegangan sebesar 5 volt (input)
dialirkan dari ECM ke TPS, dan brush bergerak melalui resistance sesuai dengan
pembukaan Throttle Valve sehingga tegangan yang keluar (output) berubah-ubah
besarnya.
b. Dengan memonitor output voltage
sensor, ECM mendeteksi pembukaan Throttle Valve.
Throttle Position Sensor (TPS) jika
dilihat dari penggunaan sumber tegangan terdiri dari :
1. Empat (4) sumber tegangan misalnya pada mesin mobil suzuki Vitara dan
Baleno 1.6. Kabel input 5 volt dari ECM, output dari sensor ke
ECM ( 0 ~ 5 volt), ground dan tegangan 12 volt dari main rellay untuk ON /OFF
signal (posisi Throttle Valve tertutup penuh). Gambar 23
Gambar 23. TPS menggunakan 4 kabel
2. Tiga (3) sumber tegangan misalnya pada mesin
mobil suzuki Baleno 1.5 . Kabel input (5 volt), output ( 0 ~ 5 volt), dan ground. (Gambar 24)
Gambar 24. TPS
yang menggunakan 3 jenis kabel.
3. Fast Idle Air Control.(FIAC)
Fast Idle Air Control
(FIAC) berfungsi untuk menambah jumlah udara yang masuk ke intake air chamber
saat throttle valve tertutup dan temperature mesin masih dingin. Dengan
bertambahnya jumlah udara masuk maka ECM akan mendeteksi dan akan menambah
bahan bakar yang disemprotkan ke injector sehingga putaran mesin menjadi lebih
tiggi dari putarn idle (Fast idle).
Fast Idle Air Control
terbuat dari thermo wax yang bekerjanya sesuai dengan temperature mesin.
Bekerjanya Fast Idle Air Control terjadi pada dua kodisi temperature yaitu :
1. Jika temperatur mesin masih dingin, maka
thermo wax belum mengembang sehingga jumlah udara yang masuk melalui saluran
bypass menjadi lebih banyak.(gambar 25).
Gambar 25.
Posisi Thermo wax terbuka
2. Saat temperature mesin panas maka thermo wax
akan mengembang dan saluran bypass akan menyempit, jumlah udara yang masuk
menjadi berkurang, putaran idle.(lihat gambar 26).
Gambar 26.
Posisi Thermo wax tertutup
Pada beberapa jenis
mesin, FIAC dipasangkan menyatu dengan
IAC, namun ada pula yang dipasang terpisah contohnya : Vitara, Baleno 1.6 dll.
4. Idle Air Control
(IAC)
Idle Air Control (IAC)
berfungsi untuk menambah atau mengurangi jumlah udara yang masuk ke intake air
chamber saat throttle valve tertutup pada kondisi temperature mesin masih
dingin (fast idle) dan saat beban eletrik difungsikan (idle up).
Jika beban listrik difungsikan
(lampu-lampu, A/C,P/S) maka katup IAC akan membuka untuk menambah udara yang
masuk ke intake air chamber. Dengan bertambahnya udara yang masuk, maka ECM
akan mendeteksi dan menambah jumlah penginjeksian pada injector. Demikian
sebaliknya, jika beban listrik tidak difungsikan maka katup IAC akan menutup
sehingga putaran mesin kembali ke idle.
Jika ditinjau secara konstruksinya,
IAC terdiri atas 2 type yaitu :
1. Type rotary
valve.(gambar 27)
2. Type stepping motor.
(gambar 28)
Gambar 27.
Konstruksi IAC type rotary valve
Gambar 28.
Konstruksi IAC type stepping motor
5. Idle Speed Adjusting Screw (ISAS).
Umum putaran idle telah
ditentukan oleh ECM, namun pada beberapa jenis mesin efi/epi masih menggunakan
ISAS untuk mengatur besar kecilnya putaran idle secara manual.
Jika pada karburator,
ISAS disetel untuk mempengaruhi besar kecilnya pembukaan katup throttle, maka
pada mesin efi/epi, ISAS disetel untuk mempengaruhi besar kecilnya udara yang
masuk ke intake air chamber saat idle. ISAS ditempatkan tidak pada saluran
udara IAC, melainkan pada saluran bypass yang berbeda. Gambar 29 menunjukan
posisi IAC yang terpasang pada saluran bypass.
Gambar 29. ISAS terpasang pada saluran bypass
6. Mass Air Flow (MAF) Sensor.
Mass Air Flow (MAF)
berfungsi untuk mendeteksi jumlah udara yang masuk ke intake air chamber.
Jika ditinjau secara konstuksinya,
MAF sensor terbagi atas 3 jenis (type) :
1. Measuring plat type.
Sensor ini terdiri dari
plat pengukur, pegas pengembali dan potensiometer. Udara yang masuk ke intake
air chamber akan dideteksi dengan gerakan membuka dan menutupnya plat pengukur.
Plat pengukur ini ditahan oleh sebuah pegas pengembali. Plat pengukur dan
potensiometer bergerak pada poros yang sama, sehingga sudut membukanya plat
pengukur akan merubah nilai tahanan potensiometer.(gambar 30).
Gambar 30. Konstruksi MAF Sensor type
plat.
Variasi nilai tahanan akan dirubah menjadi output voltase sensor ke
ECM sebagai dasar untuk menentukan banyaknya jumlah udara yang masuk ke intake
air chamber.(gambar 31)
Gambar
31. Variasi nilai tahanan pada potensiometer.
2. Measuring core type H.
Air flow meter tediri
dari inti pengukur, pegas pengembali, potensiomete, rumah dan lain-lain.
Terpasang diantara saringan udara dan intake manifold. Sensor ini mendeteksi
jumlah udara yang masuk ke dalam mesin dan mengirim informasi ke ECM sebagai
sinyal voltase. ECM menggunakan sinyal ini sebagai salah satu input ke ECM
untuk mengontrol besaran penginjeksian.
Measuring core bergerak
kearah samping sebanding dengan jumlah udara yang masuk. Pada posisi tersebut
atau jumlah udara yang masuk dideteksi oleh potensiometer yang dipasang pada
measuring core.
Pada type ini, sensor jumlah udara
masuk menjadi satu unit dengan sensor temperature udara masuk. Voltase referensi
5 volt dari ECM digunakan pada sensor jumlah masuk dan sensor temperature udara
masuk.
Ketika slider potensiometer bergerak
melalui resistor sesuai dengan jumlah udara masuk (besarnya aliran udara masuk)
sinyal voltase yang keluar ke ECM bevariasi sesuai pergerakan slider.(lihat
gambar 32)
Gambar 32. Konstruksi MAF sensor type
core
Keterangan gambar :
1. Potensiometer VS = AFM signal voltage
2. Return spring VC = Reverence voltage
3. Measuring core E2 = Ground
4. Housing THA = ATS Signal voltage.
5. ATS (Air temperature Sensor)
3. Heat resistor type.
MAF sensor yang
menggunakan head resistor sebagai komponen dasarnya saat ini hampir digunakan
pada semua jenis kendaraan efi/epi. Head resistor mempunyai sifat dapat berubah
nilai tahanannya apabila temperature di permukaan resistor berubah. Perubahan
temperature pada permukaan resistor diakibatkan oleh gerakan aliran udara yang
melewati permukaan heat resistor. Variasi tahanan ini akan dirubah dalam bentuk variasi voltase yang
akan dikirim ke ECM sebagai dasar untuk menentukan banyaknya udara yang masuk
ke intake air chamber.
Pada MAF sensor type ini
biasanya terdapat 3 jenis kabel yaitu kabel input dari ECM (12 volt), output
dari sensor ke ECM (variasi 0 – 5 volt), dan kabel massa sensor yang akan
dimassakan ke bodi kendaraan. (gambar 33)
. Gambar 33. Konstruksi MAF sensor
type heat resistor
7. Manifold Absolute Pressure
(MAP)
Manifold Absolute
Pressure (MAP) adalah sensor yang mendeteksi tekanan udara yang masuk ke intake
air chamber sebagai dasar penghitungan jumlah udara melalui IC (integrated circuit) yang terdapat
di dalam sensor ini.
MAP sensor menghasilkan sinyal
tegangan yang segera dikirim ke ECM. Oleh ECM sinyal tegangan ini digunakan
untuk menentukan basic injection time.
MAP sensor terdiri dari
semi konduktor type pressure converting element yang berfungsi merubah
fluktuasi tekanan manifold menjadi perubahan tegangan dan IC yang memperkuat
perubahan tegangan.
Pada MAP sensor juga
terdapat 3 jenis kabel yaitu input 5 volt (reverence voltase) dari ECM, Ground
dan output dari sensor ke ECM bervariasi antara 0- 5 volt. (gambar 34)
Gambar 34. Konstruksi MAP Sensor
Hubungan antara Output
voltage dengan perubahan jumlah udara masuk berdasarkan kevakuman pada intake
manifold dapat dilihat pada gambar 35
Gambar
35. Hubungan Output voltage dengan kevakuman pada intake manifol
Berikut ini akan ditunjukan diagram aliran udara dari komponen-komponen
yang terpasang pada Air Intake System dari salah satu jenis mesin suzuki
seperti gambar 36 dibawah ini.
Gambar 36. Diagram aliran udara mesin
SE 416.
8. Electrical Control Unit (ECU)
Pusat pengolah data kondisi penggunaan mesin, mendapat
masukkan/input dari sensor-sensor mengolahnya kemudian memberi keluaran/output
untuk saat dan jumlah injeksi, saat pengapian.
0 komentar:
Posting Komentar